Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja
 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja


Dalam publikasi tentang keselamatan, faktor penyebab kecelakaan kerja sering dibedakan menjadi dua kelompok kecelakaan, pertama adalah kecelakaan yang disebabkan oleh hal-hal yang bersifat teknologis, mekanis atau fisik, seperti kondisi kerja yang tidak aman, dan yang Kedua adalah kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan yang tidak aman. Kelompok pertama sering diperkirakan meliputi 15 persen dari keseluruhan kecelakaan, sedangkan kelompok kedua mencakup 85 persen dari keseluruhan kecelakaan. Dengan demikian tentu saja dapat disimpulkan bahwa perhatian harus lebih dipusatkan untuk kelompok penyebab kecelakaan kerja yang kedua.


Kondisi Tidak Aman (Unsafe Conditions)


Kondisi tidak aman merupakan suatu keadaan yang tidak aman dari. Pertama, mesin, peralatan, pesawat, material, seperti : onderdil yang rusak, mesin tidak ada pengaman, kabel listrik yang terkelupas serta tali pengangkat yang sudah aus dan sebagainya. Kedua sistem produksi, sifat pekerjaan dan cara kerja. Ketiga, lingkungan kerja.


Tindakan Tidak Aman (Unsafe Actions)


Tindakan tidak aman yaitu aktivitas berbahaya yang disebabkan oleh manusia, yang bisa dilatarbelakangi oleh hal-hal berikut. Pertama, rendahnya pemahaman dan keahlian (lack of knowledge and skill). Kedua, cacat tubuh yang nggak terlihat (bodily defect). Ketiga, kelelahan serta kebosanan (fatique and boredom). Keempat, perbuatan serta perilaku yang nggak aman, contohnya : sikap alpa, ceroboh, keras kepala, ataupun perbuatan masa bodoh terhadap bahaya kecelakaan.


Dari penelitian terhadap 75.000 peristiwa kecelakaan, Heinrich (1928) menemukan bahwa rasio kecelakaan kerja sebesar 88:10:2  Hal ini berarti 88% dari seluruh kecelakaan tersebut disebabkan oleh tindakan nggak aman  (unsafe act), 10% oleh kondisi nggak aman (unsafe conditions), serta 2% oleh kondisi yang tidak dapat dicegah.


Mengenai pemicu dasar adanya kecelakaan kerja, Frank E. Bird dan Peterson menyempurnakan teori Heinrich, menyatakan bahwa tindakan maupun keadaan yang tidak aman hanya merupakan gejala ataupun akibat saja. sedangkan faktor latarbelakang atau pemicu utama timbulnya kecelakaan kerja sebenarnya adalah ketimpangan pada sistem manajemen. Achmadi (1989), memperkuat pendapat tersebut menyatakan bahwa kecelakaan kerja di Indonesia pada umumnya terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja serta kualitas dan ketrampilan pekerja yang relatif rendah.


Namun demikian, dalam studi klasik ini, hanya satu sebab yang dilaporkan untuk tiap kecelakaan, dan seperti telah kita lihat sebelumnya, sesungguhnya kecelakaan merupakan akibat sejumlah faktor yang saling tergantung satu sama lain. Demikian pula, ketika Heinrich mengenali kecelakaan sebagai akibat tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman, ia memilih mana yang dianggap sebagai penyebab utama. Konsekuensinya patokan rasio tersebut kini dianggap banyak orang sudah tidak memadai lagi. Dapat dikatakan, bahwa rasio antara tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman adalah lebih mendekati perbandingan 1:1.


Mari kita teliti hal ini lebih mendalam. Banyak kecelakaan yang pada kesan pertama dimasukkan ke dalam kelompok yang lebih besar, namun setelah pemeriksaan lebih lanjut ternyata bisa juga dimasukkan dalam kelompok yang lebih kecil. Sebagai contoh, seorang pekerja memanjat hingga anak tangga yang paling tinggi kemudian ia merentangkan tangannya untuk melakukan tugasnya. Pada kesan pertama, ini tampaknya merupakan tindakan tidak aman dan jelas begitu. Sesungguhnya, jika digunakan tangga yang lebih tinggi, niscaya pekerja tadi tidak perlu merentangkan tangannya. Dengan demikian hal ini dapat dikatakan juga akibat kondisi yang tidak aman.


Kecelakaan jarang disebabkan semata-mata hanya oleh karena perilaku yang tidak aman. Biasanya kecelakaan merupakan akibat dari perpaduan beberapa situasi tertentu, salah satunya adalah tindakan tidak aman. Akan tetapi mungkin juga hal itu melibatkan kondisi yang tidak aman, sehingga perlu dipertimbangkan juga untuk mengklasifikasikan kecelakaan itu sebagai akibat kondisi mekanis atau fisik yang tidak aman.


Dalam praktek, adalah mungkin untuk mengklasifikasikan sebagian besar kecelakaan sedemikian rupa sehingga tindakan tidak aman dari pekerja tidak dianggap sebagai penyebab utama (yaitu faktor di mana upaya untuk mencegah terulangnya kecelakaan harus diperhatikan). Contoh berikut ini menggambarkan bagaimana hal ini dilakukan.


Contoh. Seorang anak laki-laki usia 15 tahun mempunyai pekerjaan membersihkan lorong-lorong sebuah ruang kerja dan sudah diperingatkan agar tidak membersihkan kolong mesin-mesin. Suatu saat ia melihat genangan oli di atas lantai kolong sebuah mesin pembuat tali, dan ia mencoba membersihkan bagian lantai tersebut. Tetapi, sementara mengerjakan hal itu bahan kain yang digunakan untuk membersihkan terjepit di antara dua roda gigi sedikit di atas lantai yang terlindung bagian atas dan tepi-tepinya. Ketika ia berusaha untuk menarik kain, tangannya terjepit roda gigi tersebut dan terluka parah.


Demi tujuan pencegahan kecelakaan, cukup kita memusatkan kepada fakta bahwa mesin pembuat tali tersebut tidak cukup pengamannya, dan untuk menghindari terulangnya kejadian tersebut, cukup dengan membuat aturan bahwa bagian roda gigi tersebut harus ditutup seluruhnya. Namun yang jauh lebih sulit adalah memperbaiki faktor keinginan mengabaikan instruksi dan melaksanakan tindakan yang dilakukan tanpa wewenang.


Telah diungkapkan bahwa tak ada gunanya menyebut keadaan-keadaan yang tak dapat dicegah; sebab ketidakacuhan, kecerobohan, kealpaan dan sejenisnya tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama kecelakaan, walaupun mungkin faktor-faktor tersebut memang menjadi faktor penyumbang.


Ada sedemikian banyak faktor lingkungan yang berbeda-beda yang dapat menganggap pikiran seorang pekerja yang tak dapat dihilangkan, seperti pertengkaran dengan rekan sekerja, perbedaan pendapat mengenai upah dengan supervisor, kesehatan yang buruk, kesulitan di rumah, melamun dan sebagainya, sehingga sungguh-sungguh mustahil untuk dapat mencegah momen-momen kecerobohan seperti itu.



LihatTutupKomentar