Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Perilaku Pekerja

Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Perilaku Pekerja
Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Perilaku Pekerja


Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Perilaku Pekerja - Pola psikologis pekerja secara umum  tidak sama di semua tempat di dunia. Dengan sendirinya sikap pekerja terhadap masalah keselamatan berbeda-beda dari satu tempat ke tempat yang lain. Di negara-negara yang masih dalam tahap awal industrialisasinya, pekerja sering tidak sadar mengenai kemungkinan adanya pencegahan kecelakaan, dan menganggap kecelakaan seperti juga penyakit, yaitu derita misterius yang tak terhindarkan dan harus diterima sebagaimana cuaca buruk. Sikap ini dapat sangat berubah melalui penekanan keselamatan selama kursus pendidikan dan pelatihan. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Perilaku Pekerja ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagian dari orang atau masyarakat.


Bebarapa faktor yang menyebabkan pekerja melakukan tindakan yang tidak aman yaitu sebagai berikut, (Silalahi, 1994).


Pertama, tidak terampil. Ketrampilan yang rendah adalah cermin tidak adanya koordinasi yang efisien antara pikiran, fungsi alat indera dan otot-otot tubuh. Kedua, pengetahuan tidak cukup. Pekerja tidak mengetahui tentang cara kerja dan prakteknya serta pengenalan aspek-aspek pekerjaan secara terperinci.


Ketiga, kondisi fisik yang tidak memenuhi syarat bagi pekerjaannya. Keempat, sikap pekerja yang nggak menguntungkan, contohnya kaya sembrono atau ceroboh.


Adapun beberapa tindakan karyawan yang mendukung terciptanya keselamatan dan kesehatan kerja antara lain, Pertama, setiap pekerja bertugas sesuai dengan Standar Operating system (SOP) yang diberikan.


Kedua, Pekerja harus segera melaporkan setiap kecelakaan atau kejadian yang dapat merugikan baik kepada perusahaan maupun pekerja. Ketiga, setiap pekerja harus mematuhi peraturan dan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditentukan oleh perusahaan.


Keempat, semua pekerja harus aktif dan ikut berpartisipasi dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Kelima, peralatan dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja harus selalu dipergunakan oleh pekerja pada saat bertugas.


Sekarang mari kita lihat beberapa aspek perilaku ini dalam aktivitas keseharian, dan memikirkan bagaimana dan mengapa ini menstimulasi adanya tindakan tak aman.


Pertama, waktu dan keselamatan. Salah satu dasar paling umum untuk menerima risiko dalam bekerja yaitu menyingkat waktu supaya dapat memperoleh termin bebas atau termin agar memperoleh uang berlipat-lipat, ataupun cuma menyingkat waktu dengan buru-buru merampungkan pekerjaan. Oleh sebab itu tidak heran jika dorongan mempersingkat waktu ini menyebabkan tindakan tak aman.


Kedua, upaya dan keselamatan, atau secara jelasnya: "memakai cara gampang". Bila cara aman melaksanakan pekerjaan memerlukan begitu banyak usaha, baik fisik ataupun mental, biasanya karyawan akan menggunakan cara pintas yang juga bisa mengakibatkan tidak aman.


Ketiga, penerimaan kelompok dan keselamatan. Berapa sering seorang karyawan junior berbaur pada sebuah grup karyawan yang telah memiliki pengalaman, saat bertanya beberapa hal tentang baju pengaman misalnya, mendapat jawaban - "Anda tidak memerlukannya; tidak satu orangpun di antara kita yang menggunakannya." Karyawan junior tersebut yang tidak mau menjadi tersisih, umumnya melupakan rasa takutnya yang terkadang risikonya malah mengerikan, sebab biasanya risiko teratas dihadapi karyawan junior.


Beberapa contoh tersebut menggambarkan keadaan kecelakaan sehari-hari dan menunjukkan betapa mudahnya itu terjadi pada kita. Sedikit di antara kita yang tidak mengambil jalan pintas untuk menghemat waktu dan upaya. Bila kita tidak mengalami kecelakaan, sungguh kita ini beruntung.



LihatTutupKomentar