Pengertian Kecelakaan Kerja

Pengertian Kecelakaan Kerja
Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu peristiwa yang enggak terencana dan enggak diinginkan. Enggak terencana sebab dibalik kejadian tersebut enggak terdapat faktor kesengajaan, terlebih dalam bentuk perencanaan. Enggak diinginkan disini sebab kejadian kecelakaan itu disertai dengan kerugian material ataupun kesengsaraan individu yang menjalani kecelakaan tersebut, orang lain serta sistem yang ada disekelilingnya mulai dari yang teringan hingga kepada yang terberat.

Kecelakaan bisa dipandang sebagai sebuah keluaran yang enggak diharapkan (Levy, 1983). Kecelakaan yaitu suatu peristiwa yang enggak terencana dan enggak terkontrol yang merupakan salah satu aksi dan reaksi dari objek zat dan manusia. (H.W. Heinrich, 1980)

Menurut UU RI No. 03 Tahun 1992, kecelakaan kerja diartikankan sebagai kecelakaan yang terbentuk berhubungan dengan jalinan kerja, termasuk penyakit yang muncul dalam jalinan kerja pada perusahaan, baik kecelakaan itu berlangsung pada saat melakukan pekerjaan maupun pada waktu dalam perjalanan berangkat/pulang dari rumah/tempat kerja. Sedangkan menurut Frank E. Bird, kecelakaan kerja adalah suatu peristiwa yang enggak diinginkan yang merugikan fisik seseorang ataupun kehancuran harta benda. Kecelakaan biasanya disebabkan karena kontak dengan suatu energi yaitu energi kinetik, listrik, kimia, panas yang melampaui batas (Det Norske Veritas, 1993)

Data statistik yang telah disusun dapat memberikan gagasan bagaimana kecelakaan terdistribusi selama jam-jam kerja dan berapa jumlah kecelakaan yang terjadi setiap hari dari satu minggu. Informasi semacam itu sangat menarik, oleh karena ini sering diasumsikan bahwa lingkungan umum pada dasarnya tetap konstan sehingga "faktor manusia" lah yang lebih mungkin menyebabkan terjadinya berbagai variasi kecelakaan. Dalam suatu studi di Inggris yang berjudul 2.000 accident:A shop floor study of their cause (National Institute of Industrial Psychology, 1971), 2.367 buah kecelakaan dalam pekerjaan dianalisis.   Keseluruhannya terjadi pada empat jenis pabrik yang berbeda selama periode satu dan dua tahun. Sebagai patokan, ditemukan bahwa lebih banyak kecelakaan terjadi di pagi hari daripada siang hari dengan puncak waktu kecelakaan pada pertengahan pagi hari. Hal ini juga ditemukan oleh Zetterman dalam studinya tentang keadaan di Swedia pada awal tahun 1950-an.

Gambar 1 merupakan contoh statistik semacam itu.
 
Distribusi persentase kecelakaan berdasarkan waktu dalam sehari.
GAMBAR 1. Distribusi persentase kecelakaan berdasarkan waktu dalam sehari.

Dalam studi yang dilakukan di Inggris, didapatkan bahwa klimaks kecelakaan lokal berlangsung sebelum durasi istirahat. Meskipun peristiwa tersebut barangkali dikarenakan oleh unsur kelelahan, namun kemungkinan juga disebabkan para karyawan memacu produksi guna untuk mengejar target sebelum istirahat. Lebih lanjut puncak kecelakaan pada akhir sore hari ketika orang berhenti bekerja untuk merapikan diri di akhir kerjanya ternyata jarang sekali atau bahkan hampir tidak pernah terjadi.

Mengenai distribusi kecelakaan yang didasarkan atas hari-hari tertentu dalam satu minggu, tampaknya tingkat kecelakaan tertinggi rata-rata biasanya dijumpai pada hari Senin dan derajat  terendah berlangsung pada hari Kamis dan Jum'at. Salah satu unsur yang wajib digarisbawahi dalam distribusi ini adalah absennya para karyawan. Di sebagian besar wilayah industri, pada umumnya tingkat absensi karyawan selalu lebih tinggi pada hari Senin dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Ini akibatnya, para pekerja harus menggantikan posisi rekan-rekannya yang tidak hadir dan harus menjalankan pekerjaan yang kurang terbiasa pada hari itu.

Pertanyaan tentang apakah pekerja yang lebih berpengalaman lebih sedikit mengalami kecelakaan dibandingkan dengan para pekerja yang kurang berpengalaman dapat didiskusikan dengan bantuan statistik yang menggambarkan bagaimana tingkat kecelakaan didistribusikan di antara para pekerja yang mempunyai masa kerja yang berbeda-beda, atau juga dengan statistik yang memberikan informasi tentang kecelakaan di mana pekerja trampil dan tidak trampil bekerja dalam lingkungan yang sama.

Statistik yang menunjukkan hubungan antara banyaknya kecelakaan di mana pekerja terampil dan tidak terampil bekerja tentang pengaruh "faktor manusia". Gambar 2 memberikan contoh mengenai hal ini.
 
Distribusi persentase kecelakaan berdasarkan usia.
GAMBAR 2. Distribusi persentase kecelakaan berdasarkan usia.

A. Kasus kelumpuhan sementara
B. Kasus kematian dan cacat/kelumpuhan seumur hidup.

Angka terakhir dari studi yang dilakukan di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa para pekerja muda usia lebih banyak mengalami kecelakaan dibanding pekerja yang lebih tua, dan pekerja pria muda mengalami kecelakaan dua kali lipat dibanding pekerja wanita muda. Sebagai contoh, dari studi tersebut terungkap bahwa pekerja usia 18-22 tahun mencakup 7,35 persen dari keseluruhan angkatan kerja, akan tetapi mereka menderita 10,62 persen dari jumlah angka kecelakaan yang terjadi. Pekerja tersebut, selain muda dalam usia, juga masih baru dan kurang berpengalaman dalam pekerjaannya. Statistik semacam ini memberikan informasi yang menarik tentang berbagai faktor yang berbeda. Namun demikian sulit sekali untuk dapat menafsirkan informasi ini secara akurat, karena tidak secara jelas terlihat apakah perbedaan itu dapat disebabkan semata-mata oleh faktor tertentu (usia, pengalaman, jam atau hari tertentu), ataukah juga karena keterlibatan faktor-faktor lainnya. Sebagian dari kesulitan-kesulitan ini akan dapat diatasi bila statistik tersebut melibatkan cukup banyak orang, walaupun mungkin saja masih ada keraguan dalam cara-cara bagaimana menafsirkannya. Tetapi beberapa kesimpulan yang cukup pasti dapat ditarik dari gambaran statistik semacam itu. Gambar 2 misalnya jelas menunjukkan betapa perlunya memberikan pelatihan yang mencukupi kepada para karyawan muda. Pelatihan ini harus dapat mencakup jenis-jenis pekerjaan yang dipertanyakan.

Enggak diragukan lagi, Jika masalah umur dan pengalaman pekerja adalah unsur utama pemicu kecelakaan, namun wajib disadari juga kalau tingginya umur tidak secara langsung bisa disamakan dengan banyaknya pengalaman. Studi terakhir di Amerika Serikat menunjukkan jika kurangnya pengalaman adalah unsur terpenting dalam pemicu kecelakaan.
LihatTutupKomentar